Minggu, 09 Agustus 2015 0 komentar

Pelukis

Hari ini
Ramai riuh orang membeli senar
Juga kuas.
Aku datang, segan. Pulang, Tak mau terhimpit kerumunan.

Hari berikutnya
Aku datang pagi-pagi sekali
Beli cat.
Sepi, lengang. Kuberikan secarik uang, pelayan tersenyum tak sudi pegang.

Akhirnya lusa
Aku tak punya alat kuasa.
Kuas yang pulas, palet kudet dan cat yang muncrat
Kau pergi tanpa singgah di kanvasku, Muak

Aku ingin menjadi pelukis, pelukismu. Karena jika seorang yang pandai bermain gitar disebut gitaris, maka aku yang hanya ingin memelukmu layak disebut sebagai pelukis.

-Tangerang, 2015

Senin, 02 Februari 2015 4 komentar

Selamat Sore Sayang



Selamat Sore…Sayang

Kenapa Selamat Sore? Hmm mungkin walaupun aku mengucapkan selamat pagi, akan sama saja rasanya. Karena tulisan ini kubuat sengaja agar tak berbatas waktu. Tapi sudahlah aku tak mau terjebak dengan kata pembuka.

Ini merupakan surat cintaku yang kesekian mungkin juga bisa dibilang sekuel dari seri surat cinta sebelumnya, setahun yang lalu. Tentu saja dengan niat, harap dan tekanan perasaan yang berbeda. Ingat? Hehe… menenangkan karena aku sudah tau balasannya. Tapi sudahlah aku pun tak mau terjebak dengan nostalgia lama.

Cukup kaget saat kau bertanya mengapa aku tak menulis surat cinta lagi untukmu, dan cukup menyenangkan pula aku ada alasan kembali untuk menulis. Jadi agar tak dibilang buruh tulis surat cinta pesanan, aku sebut saja surat ini surat cinta pesanan berdasarkan perasaan. Aku mungkin  lebih tepat dpanggil buruh tulis yang selalu telat menulis, tapi aku yakin pak pos kring kriing tak keberatan mengantarkan segenggam surat dan secarik perasaan ini, padamu.

Maaf aku tak lihai kembali menata alur, membuat jalur terukur akar kau tak sulit memaknai setiap kata dan maksud hati yang terkabur. Mungkin akan lebih mudah jika kamu ada di depan , memandang, kemudian aku menggambarkan betapa waktu tak membuat wajahmu layu, betapa umur tak membuat senyummu berjamur dan betapa usia tak mampu membuat tatapmu kehilangan kedalamannya.

Sangat lucu, karena nyatanya baru 2 tahun kita bersama, namun kata-kata barusan menyiratkan sesuatu yang telah berlangsung begitu lama. Tapi tak apalah, cinta butuh sedikit lebai agar tak melambai, lunglai. Lagi pula itu juga merupakan pandanganku ke depan, sedikit visioner, menentukan arah, karena kita akan berlayar ke entah berantah J

Yap, kuharap kau akan siap… ngg tidak… maksudku kita akan siap. Siap di titik yang bahkan awal saja belum, sekarang. Iya, sekarang ini adalah masa mengumpulkan bekal, membulatkan niat, serta menyiapkan segala keperluan berlayar. Ku harap kau sabar, ku doakan kau tetap semangat, untuk taat dan tetap berada di jalur selamat.

Dan pada akhirnya, (iya sebentar lagi kita akan tau akhir surat ini *yeay) lelaki yag kau bilang lebai ini akan serius dan tegas. Yah aku serius ingin menjaga hungungan ini tetap terus dan terurus, lurus. Aku tegas ingin jalani hubungan ini bersamamu, bersamamu dan hanya bersamamu, seorang wanita yang nama dan wajahnya selalu terlintas.

--Dariku sang buruh tulis surat cinta. Untukmu sang tercinta, Erma…
Tangerang, 2015
Minggu, 20 Juli 2014 0 komentar

Jika Kau Benar-Benar Ingin Tau

Dulu, saat kau pergi, aku meragu. Apakah kita akan kembali? meraga? Aku seperti seorang yang sangat merugi. Kehilanganmu disaat cinta telah meragi.

Sepi, disaat hati penuh rindu namun tak disapu. hampa, disaat pandang penuh pinta namun tak disapa. Sunyi, disaat pikiran penuh nada namun tanpa bunyi.

Aku kehilanganmu, nada ke-8 orkestra hidupku. Aku kehilanganmu, satu bagian puzzle yang mengutuhkan lajuku.

Aku mencari, sembari mencuri. Mencuri pandangmu, apakah masih aku? Aku berlari, berhenti mencari. Karena ku tahu, telah ada dia dalam doamu.

Hidup seakan berhenti, walau hanya hidupku. Hidup harus berjalan, walau tanpa jalin didalamnya.

Kini, kau kembali. Dengan segala yang kau miliki. Tatapan itu, senyum itu, harum itu. Masih sama, sama segar dalam ingatan.

Jika kau ingin tau, dulu doaku semoga bukan kamu lagi. Jika kau ingin tau, dulu harapku semoga tanpamu lagi.

Tapi jika kau ingin tau, itu semua palsu. Jika kau ingin tau, itu semua hanya harap semu. Semua datang dari egoku, menyangsikanmu, tulang igaku.

Dan jika kau benar-benar ingin tau, rinduku tak pernah tua untukmu.


Tangerang, 2014
Kamis, 22 Mei 2014 0 komentar

Jam Dinding

Mau dengar ceritaku?
Tapi tak seru, malah haru, banyaknya malu.
Kau tahu? ini terjadi beberapa saat lalu.

Jam dinding di rumahku rusak.
bukan karena baterainya habis.
entah mungkin ada kesalahan teknis.
.
Jam itu masih suka kulihat sekali-sekali.
lupa kalau ia sudah tidak berfungsi.
kebiasaan lama tak mudah hilang.
.
Tapi ada satu yang tidak berubah:
Meskipun ia telah berhenti,
Alarm tetap berbunyi.

Tangerang, 2014
Minggu, 18 Mei 2014 2 komentar

Lalu

Lalu apa yang kau tunggu?
Lalui aku menghambur ke ragu.
Lebih baik sekarang, saat banyak yang lalu-lalang.
Saat yang tepat tanpa ada yang melihatmu berlalu sayang.
Cara mencintaiku melalui kehilangan.
Membuatku hanya menjadi laluan hatimu.
Tak ada yang keterlaluan.
Aku tau, kau lebih memilih masa lalu.
Masa yang kau cintai terlalu.
Selalu...

Tangerang, 2013

----------------------------------------------------------------------
NB : Ku temukan di draft-draft lama komputer portable ku
0 komentar

Yang Diajarkan Pagi

Yang diajarkan pagi adalah Sejarah. mengenang, menyelami, meningat kembali jasa-jasa malam pun dosa-dosa laknat yang melekat bersamanya.

Yang diajarkan pagi adalah Seni. Bernyanyi, melukis, bersyair tentang malam yang tak akan habis keindahan pun kehampaannya.

Yang diajakan pagi adalah Ekonomi. Apa yang kau ingat rugi semalam harus jadi untung pagi ini.

Yang diajarkan pagi adalah Filosofi. Malam adalah kosong, pagi adalah kosong tanpa isi.

Yang diajarkan pagi adalah Normatif Pengorbanan. Ia rela menyekap pun membunuh malam hanya agar kau tetap bangun dan hidup pagi ini.

Yang diajarkan pagi adalah... apa yang tak kau temukan di halaman buku pelajaran pun di ruang kelas yang nyaman.

-Tangerang,2014
Jumat, 04 April 2014 0 komentar

"Aku" Disini Berarti Percuma

Senyumku tak manis. Tak cocok jadi tambahan tehmu. Singkirkanlah Aku.
Aroma tubuhku tak wangi. Tak bisa jadi pengharum ruangan. Buanglah Aku.
Mataku tak tajam. Tak mampu kau gunakan mengiris bawang. Acuhkanlah Aku.
Wajahku tak teduh. Tak akan jadi payungmu saat panas. Asingkanlah Aku.
Suaraku tak merdu. Tak bisa untuk siuli burung perkutut Bapakmu. Sangsikanlah Aku.
Kata-kataku tak puisi. Tak cocok mengisi kolom kabar pagi. Lupakanlah Aku.
Pelukku tak hangat. Tak bisa digunakan menanak nasi. Tinggalkanlah Aku.
Aku tak sempurna. Tak akan jadi Andra and The Backbone. Musnahkanlah Aku.

Tangerang, 2014

 
;