Rabu, 25 Desember 2013 0 komentar

Biru Merahku

Senada dengan sprei pemberian umiku,
Ruangan ini tampak adem dengan warna biru.
Warna yang egoku langsung pilih ketika di toko bangunan
Entahlah.. biru itu sejuk, kalem, melarutkan
Melarutkan setiap merah yang keluar dari luka lama
Luka yang kipas angin pun tak mampu menerbangkannya.
Aku sendiri seperti debu daki di pinggiran kipas angin
Tak diinginkan nampaknya, namun tetap saja diajak berkeliling
Sampai lama, sampai tua, sampai aku tak hiraukan luka
Tak apa nasibku ditentukan tombol2 berjumlah tiga.

Senada dengan sipuh kalender
mataku tampak merah keblinger
Bukan kebetulan, mataku memang terlalu lama menatap tanggal
Sampai tak sadar hatiku diam-diam menitip tinggal
Tinggal disalah satu hari dibulan November.
Aku sendiri telah ditarik dealer
Seluruh organku telah diganti dengan yang lama
Termasuk hati, yang sepaket dengan luka rupanya
Namun untung ada kau, serupa merah darah
Mengembalikan greget hidupku yang telah dijarah.

Tangerang, 2013
0 komentar

Kalau Kau Ulang Tahun

Kalau Bukan karena ulang tahunmu
Hari ini akan kelewat biasa saja
Tak ada yang spesial, mungkin kelabu
Walau cetak kalender isyaratkan merah serupa minggu

Kalau bukan karena isyaratmu
Mungkin kata2 ini takkan puisi
Mungkin hanya kata berakhiran padu
Yang mampir di beranda media sosialmu

Kalau bukan karena dirimu
Takkan ada cinta setiap kata
Takkan ada harap disetiap ucap
Tak pula diselingi inspirasi disetiap isi

Dan kalau bukan karena kita
Semua ini pasti tiada
Tapi ini ada, ini nyata
Ini bukan dusta, ini cinta yang apa adanya.
--------------------------------------------------------------------
Selamat ulang tahun my lovely...
Erma Suzanti...
Doaku yang curiga selalu mengkutimu setia
Takut-takut kamu lupa jalan ke ulang tahun berikutnya

Tangerang, 25 Des 2013
Senin, 16 Desember 2013 2 komentar

Bangun!

Belum juga nyawaku kumpul dalam cawan raga
auramu telah terlebih dahulu menghamili kepala.
Ngawur ngelantur bibirku igaukan kamu nduk
gugurkan kewajiban dari rindu yang minta diaduk.
Usah kau gamang, ini bukan elegi mu. jadi...  
nina bobokan aku lagi


Tangerang,2013
-------------------------
*catatan : Spontan dan begitu saja...
puisi adalah kata bergerak, yang laju
dan lakunya harmonis. hampir tidak mungkin ia lepas
dari spontanitas. Hal yang diasingkan oleh aku, oleh
kami akhir-akhir ini. Kami lebih memilih kata yang
berhias rumit, memilih kata sulit agar terlihat
cantik. Bukan untuk dilihat namun untuk menjadi renungan
dalam parit-parit jiwa. Sebenarnya kejujuran, spontanitas
adalah kecantikan itu sendiri. Yang membuatnya cantik
anggun apa adanya. Kembalikan lagi hakikat puisi yang hakiki.

Spontanitas  sebenarnya hampir-hampir tidak ada. Karena
semuanya sudah ada yang ngatur, sudah ada sek ngurusi.
Termasuk bait di atas, sebenarnya tidak benar benar spontan.
Semua sudah direncanakan. Hanya saja tertutup, atau sengaja
ditutupi. Seperti "bacalah hanya huruf pertama tiap baris secara
menurun". Kamu akan ngeh bahwa tidak ada yang benar-benar spontan
Semua diatur, semua ada sek ngurusi.

Sabtu, 14 Desember 2013 0 komentar

Semilir yang Riuh Dikepala

"_apakah semilir yang numpang lewat dikepalaku
adalah semilir yang sama yang berbisik dikepalamu?"


Jutaan duga memenuhi lekuk otak keriputku
bagi orang tua ini, memikirkan demikian begitu 'jeleh'.
Tak terhitung lagi pembenaran yang menunggu
diberikan persetujuan pikiran. Menunggu logika
yang berteriak bak cheerleaders kegirangan.

Nelangsa pencinta rahasia begitu masyhur di telinga
pun perindu yang lakunya hanya membuat tambah luka.
Mulut yang bisu seperti sedang berpikir
kepala yang gaduh penuh gengsi yang riuh
seperti merek dagang yang tak boleh diganggu-gugat

Kadang aku 'cumpleng' fungsi tiap organku
Tangan yang berpikir bagaimana rasanya merengkuhmu
Tubuh yang berimaji bagaimana rasanya menjaketkan-tubuhmu
Bibir yang berangan bagaimana jadinya bila parkir dikeningmu
Hati yang bersimpati menampung luber meler cintamu

Akulah pencipta setiap rindu dan luka
Pencipta setiap harap kemudian membunuhnya
Semua berlaku didalam kepala
kepala yang sama yang kugunakan untuk
meniup semilir ke dalam isi kepalamu

Tangerang, 2013
0 komentar

Si Bodoh yang Nekat

Bisa dibilang aku tak punya takut
tak punya takut kepada Yang Maha Memiliki Takut
Boleh dibilang aku tak tau malu
tak tau malu kepada Yang Maha Pemberi Malu

Penantang yang tak kenal siapa yang ia tantang
maka itu congaklah aku berjalan di bumi yang milik-Nya ini
Penentang yang tak pikir siapa yang ia tentang
Oleh itu pongahlah aku merusak sekitar beserta diriku sendiri

Tak berbekal apapun, namun berlagak seolah-olah
punya sembilan nyawa. Yang satu pun berkat meminta
Nekat? Tak mungkin jika tak bodoh
Bodoh? Terlampau jujur, lugu, namun itulah aku

Menantangmu dengan tidak mememdulikan-Mu
Menentangmu dengan tidak melakukan titah-Mu
Berpesta dengan makhluk yang Kau laknat
Bersetubuh dengan dosa sendiri yang pekat

Aku tak bodoh, hanya terlampau bodoh dan nekat
menunaikan dosa, namun semudah itu melakukan taubat
Berucap maaf namun sedetik dusta melumat
memohon ampun dan kemudian melakukan maksiat

Aku takut Padamu Yang Maha Memiliki Takut
Aku malu padamu Yang  Maha Memiliki Malu
Maka aku mohon ampun...
Mohon jangan jadikan aku si bodoh yang nekat...

Tangerang, 2013
 
;