Minggu, 20 Juli 2014 0 komentar

Jika Kau Benar-Benar Ingin Tau

Dulu, saat kau pergi, aku meragu. Apakah kita akan kembali? meraga? Aku seperti seorang yang sangat merugi. Kehilanganmu disaat cinta telah meragi.

Sepi, disaat hati penuh rindu namun tak disapu. hampa, disaat pandang penuh pinta namun tak disapa. Sunyi, disaat pikiran penuh nada namun tanpa bunyi.

Aku kehilanganmu, nada ke-8 orkestra hidupku. Aku kehilanganmu, satu bagian puzzle yang mengutuhkan lajuku.

Aku mencari, sembari mencuri. Mencuri pandangmu, apakah masih aku? Aku berlari, berhenti mencari. Karena ku tahu, telah ada dia dalam doamu.

Hidup seakan berhenti, walau hanya hidupku. Hidup harus berjalan, walau tanpa jalin didalamnya.

Kini, kau kembali. Dengan segala yang kau miliki. Tatapan itu, senyum itu, harum itu. Masih sama, sama segar dalam ingatan.

Jika kau ingin tau, dulu doaku semoga bukan kamu lagi. Jika kau ingin tau, dulu harapku semoga tanpamu lagi.

Tapi jika kau ingin tau, itu semua palsu. Jika kau ingin tau, itu semua hanya harap semu. Semua datang dari egoku, menyangsikanmu, tulang igaku.

Dan jika kau benar-benar ingin tau, rinduku tak pernah tua untukmu.


Tangerang, 2014
Kamis, 22 Mei 2014 0 komentar

Jam Dinding

Mau dengar ceritaku?
Tapi tak seru, malah haru, banyaknya malu.
Kau tahu? ini terjadi beberapa saat lalu.

Jam dinding di rumahku rusak.
bukan karena baterainya habis.
entah mungkin ada kesalahan teknis.
.
Jam itu masih suka kulihat sekali-sekali.
lupa kalau ia sudah tidak berfungsi.
kebiasaan lama tak mudah hilang.
.
Tapi ada satu yang tidak berubah:
Meskipun ia telah berhenti,
Alarm tetap berbunyi.

Tangerang, 2014
Minggu, 18 Mei 2014 2 komentar

Lalu

Lalu apa yang kau tunggu?
Lalui aku menghambur ke ragu.
Lebih baik sekarang, saat banyak yang lalu-lalang.
Saat yang tepat tanpa ada yang melihatmu berlalu sayang.
Cara mencintaiku melalui kehilangan.
Membuatku hanya menjadi laluan hatimu.
Tak ada yang keterlaluan.
Aku tau, kau lebih memilih masa lalu.
Masa yang kau cintai terlalu.
Selalu...

Tangerang, 2013

----------------------------------------------------------------------
NB : Ku temukan di draft-draft lama komputer portable ku
0 komentar

Yang Diajarkan Pagi

Yang diajarkan pagi adalah Sejarah. mengenang, menyelami, meningat kembali jasa-jasa malam pun dosa-dosa laknat yang melekat bersamanya.

Yang diajarkan pagi adalah Seni. Bernyanyi, melukis, bersyair tentang malam yang tak akan habis keindahan pun kehampaannya.

Yang diajakan pagi adalah Ekonomi. Apa yang kau ingat rugi semalam harus jadi untung pagi ini.

Yang diajarkan pagi adalah Filosofi. Malam adalah kosong, pagi adalah kosong tanpa isi.

Yang diajarkan pagi adalah Normatif Pengorbanan. Ia rela menyekap pun membunuh malam hanya agar kau tetap bangun dan hidup pagi ini.

Yang diajarkan pagi adalah... apa yang tak kau temukan di halaman buku pelajaran pun di ruang kelas yang nyaman.

-Tangerang,2014
Jumat, 04 April 2014 0 komentar

"Aku" Disini Berarti Percuma

Senyumku tak manis. Tak cocok jadi tambahan tehmu. Singkirkanlah Aku.
Aroma tubuhku tak wangi. Tak bisa jadi pengharum ruangan. Buanglah Aku.
Mataku tak tajam. Tak mampu kau gunakan mengiris bawang. Acuhkanlah Aku.
Wajahku tak teduh. Tak akan jadi payungmu saat panas. Asingkanlah Aku.
Suaraku tak merdu. Tak bisa untuk siuli burung perkutut Bapakmu. Sangsikanlah Aku.
Kata-kataku tak puisi. Tak cocok mengisi kolom kabar pagi. Lupakanlah Aku.
Pelukku tak hangat. Tak bisa digunakan menanak nasi. Tinggalkanlah Aku.
Aku tak sempurna. Tak akan jadi Andra and The Backbone. Musnahkanlah Aku.

Tangerang, 2014

Sabtu, 15 Maret 2014 3 komentar

Ketika Memotret Adalah Segalanya : Cibodas, Cianjur

Assalamualaikum Wr. Wb.

Hari itu hari minggu yah, Ku turut ayah ke kota. Naik delman istimewa ku duduk dimuka. Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja mengendarai kuda supaya baik jalannya. Jug… jag…jug…jag…juuug suara kereta malaaam. Lumayan lah satu bait lagu klasik berhasil gua bawakan dengan awesome. Eh tapi bukan itu yah yang harusnya gua bahas disini, sorry focus gua terbuyarkan.

Hari itu hari minggu 2 Maret 2014, gua berangkat ke Cibodas, Cianjur bareng anak-anak Family Gathering Insan Pembangunan (disingkat Famgath IP). Sebenernya sih ini acara yang mendadak, buat gua yah, soalnya panitia nya mah tos mempersiapkeun tii jauh-jauh poe ieu acara. Berawal dari Iwot sohib gua yang ngajak ikut gabung ke acaranya Famgath IP beberapa hari sebelumnya (Oh iya FYI Insan Pembanunan itu kampusnya Iwot) gua pun memutuskan buat menerima tawaran itu. Banyak pertimbangan sih yang membuat gua ikut; yang pertama karena gua butuh hiburan, yang kedua gua butuh kasih sayang, yang ketiga gua butuh pendamping hidup *lhaaaa*. Gak yah, yang paling mendasar sih,  kamera gua butuh hiburan. Oke deh gua berangkat.

Minggu, 23 Februari 2014 0 komentar

Soal Cinta, Sajakku Lebih Tahu

Cinta itu bukan penyair, kata indah tiap malam
memabukkanmu bagai sihir. Ia juga bukan
kicau burung, ucapan selamat pagi yang kau
terima saat hati sedang murung. Cinta itu bukan
kurir antar, entah barang kesenanganmu atau
bunga-bunga mekar. Dirinya bukan pula acara
berita televisi, kabar dunia yang harus kau
dapat setiap hari.
Tapi, Cinta itu lilin pendar cahaya, yang nekat
membakar dirinya meski tau akan dimakan
habis juga. Cinta itu penjaga perpustakaan, rela
tua perlahan menunggu buku-bukunya dikembalikan.
Ia itu sebatang pohon menjadi hutan, hutan kenangan
yang tak tak akan habis kau tebang. Cinta itu sejatinya
tukang gali sumur, yang nekat menggali di tanah gurun
meski tau berkah hujan tak akan turun.

Tangerang, 2014

Rabu, 19 Februari 2014 0 komentar

Sebanyak Aku yang Kau Sangsikan

aku lubang menganga di jalan raya, yang kau
hindari dengan pandang jijik saat akan pergi kerja
aku puisi cinta pesanan, sebagian aku kau
muntahkan dengan alasan tak mengenyangkan

aku kertas jurnal terlipat kumal, sesuatu yang
kau sobek saat datang sesal dan kesal
aku cucian kotor bau, apa yang kau
keluhkan ketika menempel di tubuh yang tak mau

aku putar lamban kipas angin, hembusan lirih
yang tak mampu hadirkan sejuk yang kau ingin
aku laporan keuangan negara asing, deretan angka
yang kau maki membuat kepala pusing

aku bubur ayam sarapan pagi, nasi lembek bayi yang kau
sangsikan karena lebih memilih roti
aku tisu basah terlanjur pasrah, pembersih wajahmu
atas cumbuan mesranya di beranda rumah

Tangerang, 2014

Selasa, 11 Februari 2014 0 komentar

A Knights Tale

"Love has given me wings so I must fly. Fly away."

Kamis, 06 Februari 2014 0 komentar

Rumah

Kepada hujan,

jatuhlah perlahan. Aku tahu perjalananmu menyebalkan
harus terusir dari tempat nyaman disana, di negeri awan.
Kumohon jatuhlah perlahan, melunaklah pada genting ku
yang lapuk kebasahan.

Kepada genting,

kokohlah menahan. Buktikan pekerjaanmu yang telah menahun.
Ini hanya air, bukan batu yang sering mendarat, mengalun.
Meninggalkan bekas lubang, seperti fomasi lampu yang anggun.

Kepada lubang,

jadilah tempat masuk yang aman bagi hujan. Berikan kenyamanan,
walaupun ku tau tepianmu begitu tajam. Tak perlu jadi tujuan,
karena tugas besarpun bisa berupa sebuah jalan. Tuntunlah
air ini menuju kuali besar di bawah sana, kawan.

Kepada kuali,

maaf kau harus menggantikan tugas ember lagi. Aku tau kau
tak keberatan, tapi... jujur saja kau lebih baik dari dia.
Tetaplah menjadi nada ke-8 Orkestra pengantar tidur anak-anakku.
Berdamailah dengan lantai yang dingin, kaku.

Kepada lantai,

santailah. Jangan kaku dan jangan dingin seperti itu. Kumohon
jangan hanya karena hujan kau membeku. Kasihanilah anak-anakku,
menghangatlah buang niatmu menjadi anomali. Jadilah penghangat ruangan
yang tak mampu ku beli.

Tangerang, 2014
Selasa, 04 Februari 2014 0 komentar

Hari Ini, Hari Baru, Hari Rabu

Teruntuk kamu,

Hari ini hari rabu dear, harusnya ini surat ke-5 di bulan ini yang aku tulis untukmu. Namun hati, kepala dan jari sedang sok sibuk sendiri-sendiri. Tapi entah kenapa pagi ini mereka berdamai kembali, jadilah hari ini kutulis surat ini.

Kusempatkan menulis surat untukmu meski bukan hari minggu. Mungkin bila ini hari minggu, aku sudah berjalan-jalan naik delman, naik di muka Pak Kusir mirip lagu jaman kita kecil. Ahh fokusku terbuyarkan lagi. Sebentar ada yang ingin ku utarakan, tapi entah mengapa pikiranku mengarahkan ke selatan. Tapi sudahlah lebih baik kita mengobrol ringan dulu sambil menunggu hajat yang akan ku panjat, untukmu.

Apa kau baik saja dear? Sudah beberapa hari ini kau telan dalam-dalam sesuatu yang keras seperti batu sehingga tak ada lagi keluar suara merdu dari mulut mungilmu, yang ada kau membisu. Apa karena celotehku itu? celoteh anak kecil yang meminta tuhan membelikannya eskrim? polos tapi sepertinya membuat semua monster menakutkan di mulut ini lolos menuju hatimu..los, begitu saja. Tapi ini tak sesederhana itu kan? Aku tau, makanya kutulis surat ini sebagai tebus dari pedang kata yang keburu terhunus. Aku minta maaf, atau kali ini aku menyewanya saja? Atau harus aku beli? Kalau begitu aku harap aku diperbolehkan membayarnya dengan mata uang universal saja -- pelukan dan kecupan. Yaahhh.. dengan selipan coklat dan bunga mawar tentunya. kamu mau kan?.

Oh iya, tentang niat mengutarakan tadi.. Ngggg.. Anu.. Aku belum selesai membaca novel mu yang aku pinjam seminggu lalu. jadi mungkin akan jadi lebih telat dari tenggat. Tak apa yah? toh tak akan berkurang kata dalam novel ini karena aku telat membuka lembar demi lembar melembur.

Sebelum ku tutup surat ini yang sebenarnya tidak benar ku buka, karena yang membuka adalah kamu, aku mengingatkan mu lagi lagi : "Maafkan aku atas celotehku yang suka neloyor sendiri, seperti orang yang berjalan tidur sambil berdiri. Kuharap suatu hari nanti kamu dapat mencegahnya berbuat onar dengan sengatan bibirmu dipipi"

Aku yang sengaja menulis surat, membayar kifarat.
-dika

Tangerang, 2014

-----------------------------------------------*--------------------------------------------------
Terimakasih sudah membaca  surat dariku. Tak kusangka petugas pos begitu cepat dalam bekerja. Terimakasih juga sudah membalas walaupun dengan sedikit nada malas tanpa belas, namun ya... Terimakasih ini lebih dari yang kuharapkan, dimana surat ini tak salah alamat -- sampai tujuan.
0 komentar

Dirimu Laut

dirimu laut.
begitu tenang, begitu gelombang.

ku sebut kau rumah, tempatku berpulang.
cuaca tak ramah, penuh karang.

selalu sama, aku hanya senang bermain pasir saja.
di pantai yang penuh turis lainnya.
aku hanya bermain dipinggir, takut gelombang menyisir.
tanpa penasaran, tanpa pikir : "aku ingin ke laut". mampir.

aku kira aku sudah menemukan laut di pantai.
tidak. belum. kau terlalu santai.
aku rasa inilah laut, inilah dirimu.
bukan. keliru. itu hanya ombak semu.

ku putusakan jadi nelayan saja.
pergi subuh balik petang. bersahaja.
karena untuk mengenal laut kau harus jadi nelayan
karena untuk menangkap ikan kau harus jala, melayan

sesaat jadi nelayan dan melaut.
aku sadar bekalku maut.
sesal tak harga lagi.
dibeli ikan-ikan mati.

terbang tenggelam hati karam
awak melayang sekapal selam
kemudian aku terbangun, aku tersadar.
dalam mati : "untuk inilah ku pasang radar"

aku menemukanmu, beranda kecil berkursi karang.
tempat bangkai-bangkai kapal perang.
ku ketuk pintu muram, ku ucapkan salam.
salam perpisahan -- selamat malam.

ku sebut kau rumah, tempatku berpulang.
cuaca tak ramah, penuh karang.

Tangerang, 2014
0 komentar

Perairan Kita

Dirimu lautan.
Begitu tenang, begitu gelombang.
Diriku payau.
Pertemuan bosan dan menyebalkan.

Tangerang, 2014

Jumat, 31 Januari 2014 0 komentar

Untuk Seorang Pejuang

Jangan pergi supaya dicari;
Jangan lari agar dikejar;
Jangan sembunyi untuk ditemukan;
Jangan menghindar agar didekati;
Jangan menghilang supaya dihiraukan;
Jangan acuh supaya dipedulikan;
Jangan berhenti untuk memulai lagi;
Ketahuilah kawan, perjuangan tak sebecanda itu.

Tangerang, 2014

Selasa, 28 Januari 2014 1 komentar

Kata-Nya

Katanya waktu mu habis di'njaluk sibuk. Tapi selalu bangun dan tidur di media sosial yang kau sebut kasur empuk.

Katanya sudah rutin lupa. Padahal mengingat-Nya saja tak pernah kau simpan dalam agenda.

Katanya miskin tak cocok dermawan. Nyatanya ratusan raut soekarno di dompet kulitmu kau tawan.

Katanya kotor sudah ingin kau sapih. Tapi kau katakan "menghadap-Nya haruslah bersih" sebagai dalih.

Katanya nanti. Namun sudah berapa kalender kau buang dan ganti

Katanya takut mati. Tapi menghadapkan mukamu pada-Nya saja kau tak sudi

Katanya sudah kepalang tanggung. Namun bencana, siksa sebagai kifarat dosa kau tak mau tampung.

Katanya...
Katanya...katanya..

Kata-Nya yang ku tahu, "Tidaklah Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku."

Tangerang, 2014
---------------------------------------
Catatan : Puisi ini ditulis sebagai pengingat penulis bahwa tak ada yang lekat kecuali ajal yang semakin dekat. Semoga begitupun untuk tuan dan puan.

Sabtu, 11 Januari 2014 3 komentar

Mari Berkeliling, Nona

Nona, kita akan bertemu saat rinai hujan terakhir menyentuh bumi
Setelahnya aku akan menjaketkan tubuhku ke tubuhmu
Mengusir gigil, menghalau getir
Lalu ijinkan aku menemanimu berkeliling.

Nona, boleh ku ajak kau ke kepalaku?
Kau akan tau ada jutaan kamu memenuhi lekuk keriput otakku.

Nona, boleh ku antar kau ke mataku?
Ku perlihatkan ada sorot yang sarat akan dirimu yang juga pernah membutakanku oleh tatap cemburu.

Nona, boleh ku antar kau ke telingaku?
Dimana ada riuh yang tak pernah puasa puisikanmu dengan rima yang begitu mesra.

Nona, boleh ku ajak kau ke hirup nafasku?
Ku perlihatkan rasa yang mengudara menembus trakea, menyesakkan seisi peparuku.

Nona, boleh ku antar kau ke jemariku?
Dimana setiap jentiknya ingin menari genit, berjinjit menyusuri setiap lekuk tubuhmu.

Nona, boleh ku ajak kau ke relung hatiku?
Ku perlihatkan bagaimana aku membunuh rindu kemudian ku tawan sebagian kamu di bunga tidurku.

Nona, gerimis mulai merupa kembali dari kais-kais awan.
Namun ku pastikan lengkung terbalik pelangi di bibirmu tetap menawan.
Selama kau masih laku, ku pasti akan laju.
Tak peduli kemana aku berjalan kau tetap menjadi tujuan.

Nona, kini aku pusing
Aku mulai lelah berkeliling
Bisa, kau tuntun aku ke hatimu?

Bintaro, 2014

 
;