Selasa, 04 Februari 2014

Hari Ini, Hari Baru, Hari Rabu

Teruntuk kamu,

Hari ini hari rabu dear, harusnya ini surat ke-5 di bulan ini yang aku tulis untukmu. Namun hati, kepala dan jari sedang sok sibuk sendiri-sendiri. Tapi entah kenapa pagi ini mereka berdamai kembali, jadilah hari ini kutulis surat ini.

Kusempatkan menulis surat untukmu meski bukan hari minggu. Mungkin bila ini hari minggu, aku sudah berjalan-jalan naik delman, naik di muka Pak Kusir mirip lagu jaman kita kecil. Ahh fokusku terbuyarkan lagi. Sebentar ada yang ingin ku utarakan, tapi entah mengapa pikiranku mengarahkan ke selatan. Tapi sudahlah lebih baik kita mengobrol ringan dulu sambil menunggu hajat yang akan ku panjat, untukmu.

Apa kau baik saja dear? Sudah beberapa hari ini kau telan dalam-dalam sesuatu yang keras seperti batu sehingga tak ada lagi keluar suara merdu dari mulut mungilmu, yang ada kau membisu. Apa karena celotehku itu? celoteh anak kecil yang meminta tuhan membelikannya eskrim? polos tapi sepertinya membuat semua monster menakutkan di mulut ini lolos menuju hatimu..los, begitu saja. Tapi ini tak sesederhana itu kan? Aku tau, makanya kutulis surat ini sebagai tebus dari pedang kata yang keburu terhunus. Aku minta maaf, atau kali ini aku menyewanya saja? Atau harus aku beli? Kalau begitu aku harap aku diperbolehkan membayarnya dengan mata uang universal saja -- pelukan dan kecupan. Yaahhh.. dengan selipan coklat dan bunga mawar tentunya. kamu mau kan?.

Oh iya, tentang niat mengutarakan tadi.. Ngggg.. Anu.. Aku belum selesai membaca novel mu yang aku pinjam seminggu lalu. jadi mungkin akan jadi lebih telat dari tenggat. Tak apa yah? toh tak akan berkurang kata dalam novel ini karena aku telat membuka lembar demi lembar melembur.

Sebelum ku tutup surat ini yang sebenarnya tidak benar ku buka, karena yang membuka adalah kamu, aku mengingatkan mu lagi lagi : "Maafkan aku atas celotehku yang suka neloyor sendiri, seperti orang yang berjalan tidur sambil berdiri. Kuharap suatu hari nanti kamu dapat mencegahnya berbuat onar dengan sengatan bibirmu dipipi"

Aku yang sengaja menulis surat, membayar kifarat.
-dika

Tangerang, 2014

-----------------------------------------------*--------------------------------------------------
Terimakasih sudah membaca  surat dariku. Tak kusangka petugas pos begitu cepat dalam bekerja. Terimakasih juga sudah membalas walaupun dengan sedikit nada malas tanpa belas, namun ya... Terimakasih ini lebih dari yang kuharapkan, dimana surat ini tak salah alamat -- sampai tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;