Kamis, 06 Februari 2014

Rumah

Kepada hujan,

jatuhlah perlahan. Aku tahu perjalananmu menyebalkan
harus terusir dari tempat nyaman disana, di negeri awan.
Kumohon jatuhlah perlahan, melunaklah pada genting ku
yang lapuk kebasahan.

Kepada genting,

kokohlah menahan. Buktikan pekerjaanmu yang telah menahun.
Ini hanya air, bukan batu yang sering mendarat, mengalun.
Meninggalkan bekas lubang, seperti fomasi lampu yang anggun.

Kepada lubang,

jadilah tempat masuk yang aman bagi hujan. Berikan kenyamanan,
walaupun ku tau tepianmu begitu tajam. Tak perlu jadi tujuan,
karena tugas besarpun bisa berupa sebuah jalan. Tuntunlah
air ini menuju kuali besar di bawah sana, kawan.

Kepada kuali,

maaf kau harus menggantikan tugas ember lagi. Aku tau kau
tak keberatan, tapi... jujur saja kau lebih baik dari dia.
Tetaplah menjadi nada ke-8 Orkestra pengantar tidur anak-anakku.
Berdamailah dengan lantai yang dingin, kaku.

Kepada lantai,

santailah. Jangan kaku dan jangan dingin seperti itu. Kumohon
jangan hanya karena hujan kau membeku. Kasihanilah anak-anakku,
menghangatlah buang niatmu menjadi anomali. Jadilah penghangat ruangan
yang tak mampu ku beli.

Tangerang, 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;